HikayatSyekh Abdul Kadir Jaelani Jaelani berisi riwayat hidup Syekh Abdul Kadir Jaelani, penghulu para wali. Teks naskah ini diakhiri dengan surat al-Fatihah dan doa kepada Syekh Abdul Kadir Jaelani . DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12 Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan ManaqibSyekh Abdul Qodir Al Jailani WIFIK KAROMAH AL FATIHAH UNTUK PENGOBATAN SEMUA PENYAKIT. SYEKH ABDUL QADIR JAELANI SHEIKH GHAUS E AZAM TEMPAT ZIARAH ABDUL QADIR JAILANI BAGHDAD IRAK LAHIR ABDUL QADIR KR 18 MARET 1077 AMOL IRAN MENINGGAL 15 JANUARI 1166 UMUR 88 Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jailani Author: DOAPEMELIHARAAN DIRI Doa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berikut ini sangat baik dibaca sesudah membaca dzikir Allah (yakni membaca Allah, Allah, Allah .) setiap selesai shalat fardhu sebanyak 66 WasilahHizib jailani: 1. Ilaa hadhratin nabiyyil mushthafaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wasallama, Al-faatihah (baca surat al-fatihah 1x).. 2. Wa-ilaa hadhratisy syaikh Muhyiddiin abdil Qaadiril jailaanil baghdaadii, Al-faatihah (baca surat al-fatihah 1x) 3. Wa-ilaa ruuhi man ajaazanii, Al-fatihah (baca surat alfatihah 1x) kb0G0. SoalApakah disyariatkan memulai doa atau mengakhirinya dengan membaca Al Fatihah? Ataukah ini termasuk kebid’ahan?Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawabقراءة الفاتحة بين يدي الدعاء ، أو في خاتمة الدعاء من البدع ؛ لأنه لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يفتتح دعاءه بقراءة الفاتحة ، أو يختم دعاءه بالفاتحة ، وكل أمر تعبدي لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم ، فإن إحداثه بدعة“Membaca Al Fatihah ketika hendak berdoa atau ketika selesai berdoa itu merupakan kebid’ahan. Karena tidak terdapat riwayat dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau membuka doa dengan Al Fatihah atau menutup doa dengan Al Fatihah. Setiap amalan ibadah yang tidak terdapat dalilnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, maka membuat-buat amalan tersebut adalah kebid’ahan” Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Al Utsaimin, 14/159.Baca Juga Apakah Lebih Utama Berdoa dengan Suara Keras atau Pelan?Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ juga menjawabلم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يقرأ الفاتحة بعد الدعاء فيما نعلم ، فقراءتها بعد الدعاء بدعة ، وبالله التوفيق“Tidak terdapat dalil shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau membaca Al Fatihah setelah berdoa, sejauh yang kami ketahui. Maka membaca Al Fatihah setelah berdoa adalah kebid’ahan” Fatawa Al Lajnah, 2/628.Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak juga mengatakanقراءة الفاتحة عند ختم الدعاء بدعة لا أصل لها من كتاب ، ولا سنة ، ولا من فعل الصحابة ، ولا من تبعهم بإحسان ، فلا يجوز تحري ذلك ، فإن تخصيص الذكر أو القراءة في وقت ، أو حال ، أو مكان لا يجوز إلا بدليل“Membaca Al Fatihah di akhir doa termasuk kebid’ahan yang tidak ada dasarnya sama sekali. Tidak ada dari Al Qur’an, tidak ada dari sunnah, atau pun dari perbuatan sahabat atau pun para tabi’in. Maka tidak boleh mengamalkannya. Karena mengkhususkan suatu dzikir atau bacaan Qur’an di suatu waktu, atau dikhususkan di suatu tempat, tidak diperbolehlan kecuali dengan dalil” dari JugaWallahu a’ Yulian PurnamaArtikel Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web dan Ilustrasi surat Al Fatihah dalam Alquran. Sumber Al Fatihah merupakan surat pertama dalam Alquran dan termasuk dalam golongan Makiyah karena ia turun di Makkah. Surat ini memiliki beberapa nama yakni ummul quran, ummul kitab, as-sab’ul matsani, dan fatihatul kitab. Sebagaimana artinya "pembuka", surat Al Fatihah membuka Alquran dengan 7 ayatnya yang sangat bermakna. Amirulloh Syarbini dalam bukunya Kedahsyatan Membaca Al-Qur'an 201288 menjelaskan bahwa surat Al Fatihah diletakkan di awal mushaf karena merupakan inti dari kandungan Alquran. Al Fatihah adalah satu-satunya surat dalam Alquran yang menjadi rukun dalam sholat. Seorang Muslim setidaknya membaca surat Al Fatihah sebanyak 17 kali sehari dalam sholatnya. Berikut adalah bacaan surat Al Fatihah beserta اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ . مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ . صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَAlhamdu lillāhi rabbil-'ālamīn. Ar-rahmānir-rahīm. Māliki yaumid-dīn. Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn. Ihdinas-sirātal-mustaqīm. Sirātallazīna an'amta 'alaihim gairil-magdubi 'alaihim wa "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat."Ilustrasi surat Al Fatihah dalam Alquran. Sumber Setelah Membaca Al Fatihah Surat Al Fatihah memiliki beberapa keutamaan bagi siapapun yang membacanya. Dikutip dari buku Kamus Doa oleh Luqman Junaedi, barang siapa yang membaca Surat Al Fatihah 100 kali maka ia akan memperoleh segala sesuatu yang diinginkan dengan segera. Ia juga akan terlindung dari segala perkara yang ditakuti dan terpelihara dari keutamaan tersebut, sangat dianjurkan untuk memanjatkan doa dan hajat setelah membaca surat Al Fatihah. Bacaan doa apa pun diperbolehkan, yang terpenting adalah niat dan kesungguhan saat Abdullah bin Alawy Al Hadad memberikan contoh bacaan doa setelah membaca surat Al لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. حَمْدًا يَفُوْقُ كُلَّ حَمْدِ الْحَامِدِيْنَ. حَمْدًا يَكُوْنُ رِضًا وَمَرْضِيًا عِنْدَ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ الَّذِيْ دَحَى الْأَرْضَ وَالْأَقَالِيْمَ، واخْتَصَّ مُوْسَى الْكَلِيْمَ، وَأَحْيَ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ، وَسَمَّى نَفْسَهُ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، فَهُمَا إِسْمَانِ جَلِيْلَانِ فِيْهِمَا شِفَاءٌ لِكُلِّ "Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta, pujian yang mengungguli setiap pujian orang-orang yang memuji. Pujian yang diridai oleh Tuhan penguasa alam semesta. Maha pengasih lagi Maha Oenyayang yang menghamparkan bumi beserta seluruh penjurunya. Mengkhususkan Musa sebagai nabi yang diajak bicara secara langsung. Menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur. Menyebut diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, sebuah nama agung yang mengandung obat bagi segala macam penyakit."مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ الَّذِي لَيْسَ لَهُ مُنَازِعُ فِى الْمُلْكِ وَلَا شَرِيْكٌ وَلَا قَرِيْنٌ وَلَا وَزِيْرٌ وَلَامُشِيْرٌ وَلَا مُعِيْنٌ، بَلْ كَانَ قَبْلَ الْعَوَالِمِ أَجْمَعِيْنَ. أَنْتَ الْمُحِيْطُ بِجَمِيْعِ السَّلَاطِيْنِ وَالشَّيَاطِيْنِ، وَعَوْنِيْ عَلَى الْأَبْعَدِيْنَ وَالْأَقْرَبِيْنَ، وَوَجْهِيَ عَلَى الْأَجْنَاسِ "Penguasa hari Pembalasan yang tak ada penentang, sekutu, teman, menteri, penasihat, atau penolong. Bahkan, Dia telah ada sebelum alam semesta ada. Engkaulah yang menguasai semua penguasa dan setan. Engkaulah penolongku terhadap musuh yang jauh dan yan dekat. Dan Engkaulah wajahku dalam menghadapi berbagai jenis manusia."وَاِيَّاكَ نَعْبُدُ بِالْإِقْرَارِ، وَنَعْتَرِفُ بِالتَّقْصِيْرِ، وَ نَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ وَنَتُوْبُ إِلَيْكَ. وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُكَ وَرَسُوْلِكَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ عَلَى كُلِّ حَاجَةٍ مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَ الدِّيْنِ. يَاهَادِيَ الْمُضِلِّيْنَ، لَاهَادِيَ "Kepada-Mu aku menyembah dengan penuh pengakuan. Mengakui kekuarangan, memohon ampun atas semua dosa, dan bertobat kepada-Mu. Kami bersaksi tiada tuhan selain Engkau Yang Maha Esa lagi tidak memiliki sekutu dan Muhammad SAW adalah hamba sekaligus utusan-Mu. Kepada-Mu kami memohon pertolongan atas setiap kebutuhan dunia dan agama. Wahai Zat yang memberikan petunjuk bagi orang-orang yang sesat, tak ada pemberi petunjuk selain diri-Mu."اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْم. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ. اَللّٰهُمَّ يَا مَالِكَ رِقَابِ الْغَوَالِمِ كُلِّهَا، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ. سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْغَمِّ يَا مُنْجِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ. فَرِّجِ الْكُرَبِ عَنِّي يَا مُفَرِّجَ الْمَكْرُوْبِيْنَ. يَا رَبِّ يَا غِيَاثِ الْكُرَبِ عَنِّي، يَا مُفَرِّجَ الْمَكْرُوْبِيْنَ، يَارَبِّ يَا غِيَاثِ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، إِكْفِنِيْ وَنَجِّنِيْ مِمَّا أَخَافُ، وَأَحْذَرُ، وَسَخِّرْلِي مَنْ أَحْوَجْتَنِي إِلَيْهِ، يَامُغِيْثُ "Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Ya Allah, penguasa seluruh alam, tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh, kami termasuk orang-orang yang zalim. Ya Allah, hindarkan aku dari kesedihan, wahai Zat yang menyelamatkan kaum Mikminin. Hilangkan kesusahanku, wahai Zat yang menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah. Ya Allah, Tuhan yang menghilangkan kesedihanku, wahai Tuhan yang menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah. Ya Allah, Tuhan yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan. Cukupilah aku, selamatkan aku dari sesuatu yang kutakutkan dan kukhawatirkan. Tundukkan kepadaku orang yang kubutuhkan. Wahai Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku."وَذَا النُّوْنِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أن لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ. سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. فَسْتَجَابَ لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَالِكَ نُنْجِيَ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ "Dan ingatlah kisah Dzun Nun Yunus, ketika pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami takkan mempersempitnya menyulitkannya. Maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap, "Bahwa tiada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh, aku termasuk orang-orang yang Zalim."Semoga kesejahteraan senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya yang suci, dan juga kepada segenap sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta." JAKARTA - Dalam lembaran sejarah Islam, setiap abad kita akan menemukan tokoh besar yang mendapatkan status mujaddid. Ini sesuai dengan hadis Rasul yang menyatakan bahwa setiap 100 tahun, Allah akan mengirimkan pembaru di kalangan umat Islam Sunan Abu Daud, jilid II 424.Jika mujaddid Islam pada abad ke-11 M/5 H adalah Imam al-Ghazali dan mendapat julukan hujjatul Islam karena keberhasilannya menggabungkan syariat dan tarekat secara teoritis, mutiara sejarah abad ke-12 M/6 H diduduki oleh seorang ulama yang berhasil memadukan antara syariat dan sufisme secara praktis-aplikatif. Karena itu, ia mendapat julukan quthubul auliya' serta ghautsul a'dzam, orang suci terbesar dalam Islam. Dia adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Jika nama al-Ghazali dikenal dalam studi-studi tasawuf secara akademik melalui kitab-kitab teori sufinya, nama al-Jailani lebih membumi karena ajaran amaliahnya. Sehingga, dalam masyarakat Muslim, namanya sangat populer, dijadikan sarana wushuliyyah, serta selalu disebut dalam setiap acara-acara keagamaan, di samping manakib-nya yang juga banyak dibaca tentang riwayat hidup sang besar umat Islam Indonesia pernah mendengar nama tokoh ini. Demikian pula para pengkaji tasawuf di Barat dan Timur yang sangat menaruh hormat kepadanya karena keberhasilannya membumikan tasawuf bagi masyarakat Muslim hingga saat ini. Nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Syekh Abdul Qadir dilahirkan di Desa Nif atau Naif, termasuk pada distrik Jailan disebut juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil, Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia, Iran. Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan, sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi dari Republik Islam dilahirkan pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 biografi dikenal sebagai manakib tokoh sufi terpopuler ini penuh dengan fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah. Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad Walter Braune dalam bukunya Die 'Futuh al-Ghaib' des Abdul Qodir Berlin & Leipzig, 1933, ia adalah wali yang paling terkenal di dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini Un Grand Saint del Islam Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967, menyebut al-Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia lahir sebagai anak yatim di mana ayahnya telah wafat sewaktu beliau masih dalam kandungan enam bulan di tengah keluarga yang hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid Abdullah Sauma'i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini, silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jika silsilah ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan nama Syekh Abdul Qadir al-Jailani sudah tampak ketika dilahirkan. Konon, ketika mengandung, ibunya sudah berusia 60 tahun. Sebuah usia yang sangat rawan untuk melahirkan. Bahkan, ketika dilahirkan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak mau menyusu sejak terbit fajar hingga kebesaran Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan semata-mata karena faktor nasab dan karamahnya. Ia termasuk pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, jujur, dan berbakti kepada orang itu, kemasyhuran namanya karena kepandaiannya dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama. Ia menguasai ilmu fikih dan ushul fikih. Kendati menguasasi Mazhab Hanafi, ia pernah menjadi mufti Mazhab Syafi'i di samping itu, ia juga dikenal sangat alim dan wara. Hal ini berkaitan dengan ajaran sufi yang dipelajarinya. Ia suka tirakat, melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa penguasaannya dalam bidang ilmu fikih, Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga dikenal sebagai peletak dasar ajaran tarekat Qadiriyah. Al-Jailani dikenal juga sebagai orang yang memberikan spirit keagamaan bagi banyak umat. Karena itu, banyak ulama yang menjuluki 'Muhyidin' penghidup agama di depan namanya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

doa alfatihah syekh abdul qodir jaelani